Selasa, 03 September 2013

Telephone

Ayah menelpon??..
eh, apakah itu benar suara ayah? jadi kurang yakin, karena memang sudah lama sekali aku tidak mendengar suaranya. kangen ayah. sebenernya beberapa tahun yang lalu aku sempet bertukar no. telepon dengan beliau. Bahkan waktu aku tinggal di Bogor pun kami bergantian berkunjung. aku berkunjung ke kontrakannya di jaktim. dan beliau berkunjung ke kotsan aku di bogor. Berapa jarak dan waktu yang aku tempuh saat itu tidak menjadi masalah demi untuk ketemu ayah tercinta. walau disana hanya mendengar curhatan ibu tiri ku tentang ayah. yah.. aku bilang saja, kenapa ibu mau dengan ayah, kan sudah tahu ayah memang begitu.
Ibu hanya tersenyum, 
" kan kasian pieh.. sudah sama-sama tua, sudah tidak ada yang ngurus nanti kalo bukan kita sendiri"
hhmm... iya juga sih, ibu tiri ku punya 3 atau 4 orang aku lupa, semuanya tidak tinggal dalam satu rumah. Anaknya yang pertama adalah anak perempuan sudah ikut bersama suami'nya dan memiliki anak. Walau rumahnya dekat dengan kontrakan Ibu'nya tapi tetap saja tidak memonitoring satu hari penuh untuk kebutuhan orang tuanya karena sudah memiliki keluarga sendiri. Mungkin nanti aku begitu. Tinggal bersama suami, yang nanti akan menjadi imam ku. Tapi aku ingin membawa mama juara No.1 di Dunia bersamaku, Aku ingin membawa beliau, agar selalu dekat dengan ku. Aku sudah berjanji untuk selalu membahagiakannya.

Yah, kembali dengan ingatan tentang telepon itu. aku bingung. Ayah ku bukan ya?? tapi entah kenapa aku yakin itu ayah, walau aku tidak begitu hapal dengan No.nya tapi aku ingat Operator yang ayah ku pakai. Suaranya, walau aku tidak hapal, dan hanya berucap " Masih kenal dengan suara ini?" dengan logat jawanya 
"Masih inget ga?" aku jawab dengan ketus tentu saja tidak, aku memang paling tidak suka dengan telepon iseng. apa susahnya menyebutkan nama kalau memang penting, dan ingin bicara, bukan main tebak-tebakan bertanya nama. tapi teman ku yang berlogat jawa hanya beberapa, dan mereka selalu langsung menyebut nama jika tau nada suaraku, sedang tidak ingin becanda. tapi yang ini. Teleponnya langsung ditutup. Heran siapa. aku langsung bertanya-tanya sendiri. mungkin Ayah.

Aku langsung memberi kabar kepada 2 teman ku, yang tahu kisah tentang ayah ku itu. aku sms "Ayah ku telepon donk, tp cuma blg, msh inget ga" tidak ada yang penting memang. Tapi aku ingin berbagi kisah ini. Ini penting buat aku, karena Ini artinya sebenarnya Ayah ku masih ingat dengan ku. Artinya ayah masih menyimpan no. telepon ku. Artinya sebenarnya ayah juga menyimpan rindu kepada ku. tapi salah satu teman ku menepis keyakinan ku. "Yakin itu suara bapak kamu?" hakz.. ga yakin juga sih, orang cuma bentaar doank ngomongnya. Tapi... aku masih sibuk meyakinkan diri. Aku ingin menelepon ulang no.itu dan bertanya siapa sebenarnya orang ini. tapi nyali ku tidak terlalu besar untuk melakukannya. ahh.. mending aku tidur saja.

Paginya aku masih penasaran dengan suara itu. Bangun tidur, aku langsung sms No. yang beberapa kali missed call dan baru aku angkat sekali dan bicara hanya dengan beberapa patah kata itu. 
"Ini bapak?" tulis ku di sms, dan langsung aku kirim. beberapa saat kemudian langsung dapet balesan.
"Nopi ana ning endi jawa?" ( Nopi da dimana, jawa ?)  tuh kan bener... itu Ayah, batin ku berucap langsung aku balas. " v da di rmh Pa, kemaren baru balik dari jawa" .. mungkin Ayah juga lagi da di jawa, dan mungkin Ayah ingin menengok ku, seperti yang pernah ayah lakukan dulu 7 tahun yang lalu. lagi-lagi banyak kemungkinan-kemungkinan yang aku buat. Sungguh menyesal kenapa aku balik terlalu cepat. Harusnya aku menunggu sehari lagi. mungkin saja bisa bertemu. namun sayang sms aku kali ini tidak dibalas hingga sekarang.

Hingga saat ini aku masih penasaran. Gampang aja sih untuk tahu jawabannya siapa dia ya telpon aja. Tapi ya... aku tidak berani. tidak terlalu berani untuk menghubunginya, untuk meneleponnya, untuk meng-sms'nya. terlalu takut. Terlalu gengsi, kenapa bukan beliau yang menghubungi aku kalau memang kangen. kenapa ga telpon aku, toh ternyata masih nyimpen no. aku. atau Beliau sama seperti aku, terlalu takut, terlalu gengsi masa Orang tua dulu yang menghubungi anaknya. dan aku sibuk dengan pikiran aku. Orang tua kok ga peduli ma anaknya, dan dari kami berdua tidak ada yang berani untuk memulai duluan. padahal "mungkin" ingin tahu dari kabar masing-masing dari kami. padahal "mungkin" ingin berbagi cerita seperti keluarga lain. padahal "mungkin" sama-sama menyimpan rindu yang amat besar.

Ya sudah lah. diantara kami memang tidak ada yang berani memulai, setidaknya aku tahu, kalau beliau baik-baik saja, dan beliau juga masih mengingat ku. aku senang. dengan tahu akan hal itu. biar kami sama-sama menyimpan rasa ini. I love u Papah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar